Tuesday, November 6, 2018

Sensasi di Ujung Utara, Alif Stone Park

Alif Stone Park

Pertama kali mendengar Natuna terbayang oleh kita daerah yang jauh di ujng utara Indonesia sebagai penghasil minyak bumi bagi Indonesia. Tentu saja bayangan itu benar karena Natuna saat adalah Kabupaten bagian dari Provinsi Kepulauan Riau atau lebih sering disingkat dengan Kepri.
Untuk sampai ke Natuna bisa melewati Tanjungpinang atau batam dengan pesawat udara memakan waktu 1 jam 30 menit.
Batu granit yang tersusun berserakan di pantai


Natuna yang terletak di laut China Selatan tentu saja mempunyai daya tarik pantai dan lautnya. Banyak destinasi wisata yang menarik di Natuna, yang paling menarik dan instagrambale yaitu ALif Stone Park.

Sunset dan Sunrise bisa dinikmati di Alif Stone Park

Alif Stone Park berjaraka kurang dari 10 KM dari Bandara Ranai. Alif Stone park yaitu kumpulan batu-batu granit dengan berbagai ukuran dan bentuknya. Ada satu batu yang berbentuk hurf alif dalam tulisan arab, sehingga pemiliknya Both Sudargo menamakannya sebagai Alif Stone park tanah yang ia milikinya.

Penunjuk Arah

Alif Stone park awalnya adalah sebuah pinggiran pantai yang bertaburan batuan, oleh Both Sudargo, yang seorang arsitek, menyulap tanah yang dibelinya tahun 2006 menjadi destinasi wisata yang menarik untuk wisatawan yang berkunjung ke Natuna.
Bermain di Laut


Homestay
Saat ini Alif Stone Park mempunyai penginapan yang hanya 8 kamar dengan tarif Rp 600.000,- sampai Rp 800.000,-. Sedangkan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana di Alif Stone Park bisa datang dan masuk dengan gratis saja.
Homestay di Alif Stone


Menginap di ALif Stone Park tentu saja mempunyai sensasi lain karena kamar yang kita tidur terdapat batu granit yang disatukan dengan tanah, termasuk juga toilet didalamnya.
Batu granit di dalam kamar tidur
Batu granit mengapit di WC


Suasana yang tenang dengan bunyi deburan gelombang membuat ketenanggan bagi tamu yang menginap disini. Seorang tamu dari Tanjungpinang, Endri Sanopaka, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Politik Raja
Ali Haji, mengatakan "menikmati Alif Stone itu tidak lengkap hanya datang sebentar saja, menginap disana akan terasan pesona yang sulit dilukiskan dengan kata-kata".
Menikmati pagi di Alif Stone

Sambil Ngopi dengan pemandangan batu

Panorama
Alif Stone Park memiliki panorama yang unik, dari sini bisa dinikmati sekaligus suasana Sunset dan Sunrise pada satu tempat, suatu hal yang jarang ada di berbagai tempat. Suasana pagi yang hangat sambil menyruput kopi duduk di batu tentu saja lain nikmatnya dibandigkan duduk di coffe shop.
Matahari muncul di depan Pulau Senoa lalu naik pelan-pelan yang sinarnya akan menyinari Gunung Ranai yang letaknya dibelakang ALif Stone Park.
Sunrise di Alif Stone Park

Saat pagi bisa kita lihat secara langsung kapal-kapal nelayan yang pulang atau akan melaut menjadi pemandangan yang menarik. Bila panas telah menyengat, menikmati air laut dan berfoto di ayunan instagramable akan menjadi memori yang tidak terlupakan.
Kapal Nelayan yang akan melaut


Pada Sore hari, ALif Stone Park banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk menikmati sunset. Berdiam diri atau berfoto dengan berbagai gaya dengan latar belakang matahari tengelam, tentu saja menjadi kenangan yang indah dan bisa langsung di sahre di Instagram atau media sosial lainnya.

Masyarakat umum di sore hari


Sunset di Alif Stone Park

Selfie 


Ayunan di laut

Berbagai gaya di saat sunset

Pengunjung ramai di sore hari

Nelayan pulau melaut

Ada kayak bagi yang mau mengitari alif stone

Berfoto di Alif Stone

Batu yang seperti bertulisan arab

Anak-anak bermain di sekitar batu

Sunset di Alif Stone

Suasana pagi

Suasana Malam



Sikerei dan Mentawai yang Mempesona


Sikerei Aman Laulau dan Istrinya Ina


Saat membuka Instagram bulan September 2018 lalu, terlihat postingan tentang Festival Mentawai. Langsung terbayang dengan pulau kecil yang terletak di Samudera Hindia, pulau terpencil yang banyak menyimpan misterti. Sebagai seorang Minang, saya belum pernah sekalipun  menginjakan kaki di Pulau Mentawai. Padahal telah lam sekali dipendam untuk mengunjunginya.
Saya lihat dengan teliti detail acaranya, lokasi acara di Siberut dengan berbagai acara seperti tarian Sikerei, pembuatan titi atau tato.
Hutan Mangrove mendominasi Mentawai

Tent saja pesona Sikerei atau dukun mentawai menjadi daya tarik saya kesana. Beberapa kali pernah melihat fotonya diMajalah National Geographic dan beberap postingan teman di Instagram.
Hari itu juga, itinery perjalanan saya rancang dan langsung melkaukan booking pesawat dan penginapan melalui travel online.
Masyarakt Mentawai mengunakan kapal terbuat dari kayu bulat yang dibelah


Perjalanan ke Mentawai
Tanggal 31 Oktober saya yang tnggal dari Tanjungpinnag melakukan perjalan dengan kapal ke Batam untuk naik pesawat terbang langsung ke Padang. Saya menginap di Padang di daerah Muara agar dekat keesokan paginya jam 7.00 sampai ke Pelabuhan dan tidak tertinggal, maklum saya bisa tidur lagi setelah sholat subuh.
Kru Kapal Mentawai Fast bersiap saat kapal merapat di Siberut

Sebelum Jam 7 pagi saya sudah sampai di pelabuhan dengan memakai ojek online yang mana beruntungnya saya dapat gratis dari operator ojek itu, awal keberuntungan saya pikir.
Perjalanan ke Mentawi di Pulau Siberut memakan waktu 3,5 jam tentu saja dengan view laut yang kosong tanpa pulau, karena Mentawai Pulau yang terletak di Samudera Hindia. Kapal Mentawai fast benar-benar fast sehingga perjalanan jauh itu tidak terasa bagi saya, tiba-tiba kapal telah sampai di mercusuar yang menandakan daratan telah dekat.
Kru kapal Mentawai fast, beberapa wanita dengan sigap mengambil posisi untuk menambatkan tali di pelabuhan siberut.
Hujan tidak mematahkan semangat peserta pawai Festival Mentawai

Pawai dan Hujan
Setelah menginjkan kaki di Pulau Siberut pertama kali, saya langsung naik ojek menuju desa Muntei untuk melihat persiapan pawai festival Mentawai. Ketika ditengah perjalanan dipinggir pantai sedang dilangsungkan lomba nyanyi dengan bahasa Mentawai. Lomba nyanyi ini makin menarik karena semua penyanyi wajib memakai pakaian Mentawai dengan berbagai kreasi, pakaian adat yang pertama kali saya lihat ini membuat takjub karena 60 % bahannya terbuat dari bungan dan daun yang alami. Strukutur wajah orang Mentawai yang masih kuat ras Mongoloid menambahkan kecantikan dan ketampanan wajah mereka.
Wanita Mentawai dengn topi khasnya

Pawai yang rencananya diadakan jam 13.00 terpaksa diundur dikarenakan hujan yang menguyur sejak pukul 12.00 siang. Sampai dengan jam 15.00 hujan masih belum reda sehngga panitai memutuskan untuk melaksanakan pawai budaya mentaia sebagai ajang pembuka Festival Mentawai. Peserta pawai yang didominasi anak-anak dan remaja yang telah berdandan mandi hujan, beberapa peserta tampak kedinginan karena ada memakaia pakaian yang minim khas Mentawai. Suasana hujan dan dingin tidak membuat peserta pawai patah arang, mereka semua semangat dan bergairah melihat banyaknya penonton ikut serta mandi.
Sikerei sedang menarikan tarian Sikerei

Tarian Sikerei
Keluarga Sikerei dari desa Hulu yang dipimpin oleh Aman Laulau membakar semangat penonton dengan tarian Sikerei, tarian yang menceritakan burung-burung yang hidup bebas di Pulau Mentawai. Tarian magis karena diikuti oleh Sikerei senior yang telah terkenal kehandalan dalam pengobatannya. Para remaja yang belum jadi Sikerei juga ikut menarikan tarian tersebut dengan berbagai tema seperti tema monyet, rusa dan burung. Tarian itu menarik mata karena tarian mereka alami dan belum tercapur tarian kreasi modern, tarian yang diambil dari gerak-gerik hewan yang hidup disekitar mereka.
Memanah adalah ketrampilan wajib bagi suku Mentawai

Panah dan Tato
Panah adlaah senjata utama bagi suku Mentawai untuk mencari makan atau berburu. Panah suku Mentawai berasal dari kayu nimbung dengan talinya terbuat dari akar rotan. Semua orang mentawai bisa melakukan panahan baik tua mapun anak-anak.
Aman Laulau, Sikerei yang ramah

Ada yang unik dari suku Mentawai ini yaitu tato, menurut beberapa penelitian yang ada bahwa tato yang ada ditubuh Sikerei adalah jenis tato tertua di dunia. Orang Mentawai telah menato atau meniti tubuh mereka sejak zaman logam yaitu 1500 SM - 500 SM, lebih tua dari tato bangsa Mesir jaman Raja Ramses, menurut Encyclopaedia Britannica, tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Tato Mentawai ditubuh Sikerei dibuat dari bahan alami, air tebu sebagai bahan tinta dengan daun sebagai pewarnanya. Untuk jarumnya digunakan logam yang diikatkan dengan kayu.
Proses tato yang dilakukan oleh Sikerei

Bagi orang Mentawai, tato adalah roh kehidupan, minimal ada empat kedudukan tato di Menatwai. Tato menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato Sikerei, tentu saja berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu di badannya.
Saya beruntung untuk pertama kalinya datang ke Mentawai bisa menyaksikan budaya Mentawai secara lengkap di Festival Mentawai yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Mentawai yang didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Aman Lelepon, Sikerei muda

Sikerei dengan berbagai aksesoris khas Mentawai

Tato Monyet menandakan ahli dalam berburu Monyet

Sikerei dan istrinya dengan pakaian yang menarik

Tato adalah roh kehidupan suku Mentawai

Memeras tebu, bahan utama tinta tato Mentawai

Ulat Sagu, makanan favorit suku Mentawai

Yonhanes, Sikerei yang telah memeluk agama Katolik

Ibu dari pedalaman Siberut

Terompet dari Kerang

Anak-anak berpakaian Sikerei

Sikerei selalu merokok dengan tembakau alami

Ukiran burung yang menadakan keadaan cuaca

Uma Suku Mentawai

Tarian yang terinspirasi dari monyet

Potrait Aman Lelepon

Pakaian adat Mentawai umumnya berasal dari daun dan bunga alami

Istri Sikerei

Suku Mentawai adalah pemanah handal

Tarian Sikerei

Memilih anak panah

Telepon telah masuk ke daerah terpencil, memudahkan Sikerei dalam membantu masyarakat untuk pengobatan